Halaman

Jumat, 01 Februari 2013

10 Seri Game yang Melenceng Dari Akarnya!


Kreativitas memang tampil tanpa batas. Hampir tidak ada satupun “tembok” jelas yang mampu menahan otak untuk menciptakan sebuah ide, konsep, bahkan dunia baru, seaneh apapun. Walaupun demikian, kreativitas justru mampu menjadi bumerang yang keras dan brutal apabila ia dihadapkan pada sebuah produk dengan akar yang kuat dan jelas. Parahnya lagi, ketika produk ini memiliki basis fans yang kuat dan didistribusikan secara komersial dengan pangsa pasar yang luas. Hal inilah yang mungkin terjadi pada beberapa franchise besar game saat ini. Kebutuhan untuk terus merilis seri terbaru dan mempertahankan kesuksesan sebuah franchise justru seringkali berujung pada mimpi buruk. Sebuah seri game yang melenceng dari akar yang membuatnya dicintai.

Sebelum kita membahas seri game yang melenceng dari akarnya, kita tentu harus mendefinisikan dengan jelas terlebih dahulu pengertian dari kategori yang satu ini. Seri spin-off tentu tidak termasuk di dalamnya, karena seri-seri game seperti ini memang selalu didesain dengan gaya dan fokus permainan yang berbeda untuk menciptakan pengalaman gaming franchise yang lebih bervariasi. Begitu juga dengan seri reboot, yang terlepas dari signifikansi perbedaan desain dan cerita dari seri game awalnya, masih seringkali tampil dengan intisari game yang hampir serupa. Kita membahas sebuah seri game yang memang diciptakan untuk menyandang “nama besar” sebuah franchise, namun berakhir sebagai sebuah game yang “nyaris” berbeda. Hal ini tidak selamanya berakhir buruk, karena tidak sedikit yang justru menjadikannya sebagai kesempatan untuk semakin memantapkan identitas franchise yang dibawanya.

Jadi, seri game apa saja yang lahir melenceng dari akar franchisenya sendiri? Cut to the chase, here are the top 10 games:


10. Metal Gear Rising: Revengeance



Tidak ada gamer yang dapat memungkiri bahwa Raiden, mau tidak mau, harus diakui sebagai salah satu karakter ninja paling keren yang pernah hadir di industri game. Tokoh protagonis yang diperkenalkan Kojima di Metal Gear Solid 2 ini perlahan namun pasti mendapatkan porsi cerita yang lebih penting di seri kelanjutan MGS, termasuk di seri terakhir MGS 4 untuk Playstation 3. Popularitasnya sendiri bahkan dapat disandingkan dengan tokoh utama MGS sendiri – Snake. Kharisma dan aura eksistensi Raiden yang begitu kuat akhirnya mendorong Kojima untuk menciptakan sebuah game terpisah untuknya – Metal Gear Rising. Di awal, ia didesain sebagai sebuah seri game spin-off, namun seiring perkembangannya, terutama ketika Platinum Games masuk mengambil alih, MG Rising: Revengeance kini diposisikan sebagai sebuah seri sekuel resmi dengan plot yang terus berlanjut. Lupakan semua yang Anda tahu tentang seri Metal Gear selama ini yang begitu identik dengan sisi stealthnya, karena Revengeance hadir sebagai sebuah game hack and slash murni. Tidak ada kebutuhan untuk bersembunyi. Yang Anda butuhkan hanyalah mengangkat pedang, memotong semua hambatan yang ada di depan mata, dan mengagungkan nama Raiden di setiap nyawa yang berhasil dicabut.

9. Ace Combat – Assault Horizon



Nama Ace Combat sebagai sebuah game flight arcade memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan mendefinisikan genre ini dengan begitu baik. Perlahan namun pasti, setiap seri terbaru selalu disuntikkan dengan penambahan fitur yang membuat pertarungan udara ini semakin intens dan epik. Salah satu yang terbaik? Tentu saja kesempatan untuk menjadi squad leader dan memberikan perintah kepada anggota tim Anda untuk menyerang, bertahan, atau menghancurkan target-target tertentu. Namun semua ini berubah ketika Project Aces dan Namco Bandai merilis Assault Horizon di tahun 2011 silam. Walaupun tetap datang dengan inti genre yang sama, Assault Horizon lebih berfokus pada visualisasi sinematik ala Hollywood dengan dog-fight mode dan kesempatan untuk menjajal pertempuran sebagai helikopter tempur. Tidak diragukan lagi, ia menjadi sebuah seri Ace Combat yang benar-benar berbeda.

8. Ghost Recon: Future Soldiers



Tidak ada alasan untuk tidak mencintai Ghost Recon: Future Soldiers. Ia tampil sebagai sebuah game military shooter berkualitas dengan pengalaman bermain yang begitu intens dan visualisasi yang keren. Hampir sebagian besar penggemar game military shooter akan jatuh cinta padanya, bahkan dari pandangan pertama. Namun, Future Soldiers bukanlah sebuah game Ghost Recon yang selama ini dikenal oleh para penggemar franchise yang satu ini. Selain fokus cerita di masa depan dengan beragam teknologi mengagumkan yang kini dapat Anda terapkan, Future Soldiers juga muncul dalam genre yang jauh berbeda – third person shooter. Walaupun demikian, perbedaan ini tidak langsung menurunkan kualitasnya sebagai sebuah game military shooter. Ghost Recon: Future Soldiers mungkin hadir melenceng dari akarnya, namun ia tumbuh sebagai sebuah akar baru potensial untuk sebuah jajaran baru Ghost Recon yang lebih epik di masa depan.

7. Silent Hill: Book of Memories



Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama Silent Hill? Sebagian besar dari kita mungkin langsung akan mengasosiasikannya dengan sebuah game yang sempat tampil begitu menakutkan di awal kemunculannya. Namun seiring dengan kemunculan beberapa seri terbaru di beragam platform yang ada, Silent Hill perlahan namun pasti, tercabut dari akar franchisenya sendiri. Kota kabut yang sepi dengan bunyi sirine yang menyeramkan mungkin masih menjadi setting yang secara konsisten dihadirkan, namun dengan perubahan gameplay yang kian signifikan. Salah satu terburuk? Seri yang sedang dipersiapkan – Silent Hill: Book of Memories untuk Playstation Vita. Ia bahkan tidak lagi tampil dalam third person shooter, melainkan sebuah game dengan kamera isometrik dengan sisi aksi yang sangat kental. Kekuatan utamanya? Tidak lagi horror, melainkan pengalaman di sisi multiplayernya sendiri.

6. Ridge Racer: Unbounded



Dari semua franchise racing yang ditawarkan oleh industri game, Ridge Racer boleh terbilang sebagai satu dari sedikit game racing yang memiliki ciri khasnya sendiri. Di masa lalu, nama besarnya begitu kuat dan berkarakter, hingga mencapai popularitas yang tidak perlu diragukan lagi. Namun, sesuatu yang berbeda dan kacau terjadi seri terbaru – Unbounded. Tidak hanya sekedar tercabut dari akar franchisenya, seri ini bahkan tidak memiliki ciri khas Ridge Racer sama sekali. Ia justru mengesankan ciri dengan kemiripan yang begitu kentara dengan franchise game racing lainnya – Burnout. Kesempatan untuk menghancurkan lawan dan bangunan, serta tingkat kesulitan yang menantang membuat game ini sama sekali tidak pantas untuk menyandang nama Ridge Racer sama sekali. Tidak lagi sekedar tercabut, seri ini sudah terbang meninggalkan akarnya.

5. Call of Juarez: The Cartel



Berusaha untuk mengikuti tren yang sedang terjadi di industri game? Tidak selamanya langkah seperti ini akan berujung kepada kesuksesan, terutama jika akar dari franchise ini begitu unik dan berbeda dengan game-game serupa lainnya di pasaran. Hal inilah yang mungkin terjadi pada Call of Juarez dan seri terakhrinya – The Cartel. Selama ini, Call of Juarez selalu dikenal sebagai sebuah game action first person yang menjadikan dunia Wild West dengan para cowboy sebagai setting yang paling utama. Mengubahnya secara drastis menjadi pertarungan antara polisi melawan para pengedar narkoba di masa modern? Bukan sebuah keputusan yang baik. Usaha Call of Juarez: The Cartel  untuk menghadirkan hal ini justru menjadi sebuah bumerang yang fatal. Asosiasinya yang begitu kuat dengan konsep dunia Wild West membuat seri ini mendapatkan kritik yang pedas.

4. Diablo 3



Bagaimana mungkin seri game yang sangat diantisipasi sejak bertahun-tahun ini masuk ke dalam list kami? Ini mungkin menjadi pertanyaan sebagian besar dari Anda. Secara kasat mata Diablo 3 memang tidak banyak berbeda dibandingkan seri Diablo terdahulu. Ia tetap datang dengan sudut kamera isometrik dengan gaya gameplay action RPG yang masih mengandalkan klik mouse Anda. Namun ketika Anda menjajalnya secara langsung, Anda akan langsung dihadapkan pada sebuah seri yang benar-benar jauh berbeda. Tidak lagi ada kebebasan untuk membangun karakter, gameplay yang bergantung pada penggunaan skill, dan pengalaman yang lebih bergantung pada multiplayer onlinenya. Tidak hanya itu saja, replayability muncul dari prospek ekonomi yang dimunculkan oleh Auction House, sebuah konsep yang terhitung dangkal. Secara kasat mata, ia terlihat sama, namun ketika Anda melihatnya lebih dalam, Diablo 3 adalah sebuah game yang begitu berbeda dibandingkan akarnya.

3. Final Fantasy X-2



Anda tidak bisa disebut sebagai seorang penggemar game JRPG jika belum pernah menjajal sebuah seri Final Fantasy sama sekali. Terlepas dari kritik dan kualitasnya yang dianggap menurun, Final Fantasy tetap berhak mendapatkan pengakuan sebagai sebuah franchise yang mendefinisikan game JRPG itu sendiri. Dari semua seri Final Fantasy yang kini sudah mencapai angka belasan, Final Fantasy X-2 boleh terbilang sebagai yang pertama mengawali “kebiasaan” buruk yang satu ini. Mengapa? Eksistensinya saja sendiri sudah membuktikan betapa lepasnya seri ini dari akarnya. Final Fantasy X-2 menjadi seri pertama yang diposisikan sebagai sebuah seri sekuel sepenuhnya. Parahnya lagi? Ia hadir dalam cerita dan mekanisme yang cukup absurd, sehingga merusak nilai dan pengalaman bermain yang begitu baik dibangun oleh Final Fantasy X. Final Fantasy X-2 adalah seri FF yang seharusnya tidak pernah muncul dan dirilis.

2. Resident Evil 5




Capcom secara terbuka sudah mengakui bahwa Resident Evil kini akan lebih dikenal sebagai sebuah game action daripada survival-horror, dibandingkan dengan seri-seri awal yang sempat mereka rilis di masa kejayaan Playstation dulu. Seri yang mengawali tren ini? Beberapa mungkin menyimpulkan Resident Evil 4 yang mengawali tren ini, namun kami sendiri melihat Resident Evil 5 lah yang melempar franchise ini ke kubu action yang murni. Terlepas dari pengalamannya yang intens dan terkadang masih mampu mengejutkan, Resident Evil 5 tidak membawa ciri sebuah game Resident Evil sama sekali, bahkan hingga di level puzzle nya sekalipun. Ia menjadi semacam batu pijakan baru yang akhirnya membantu Capcom untuk membawa franchise ini ke arah baru. Resident Evil 5 tidak lagi hanya sekedar menjadi sebuah seri yang melepaskan dirinya dari sang akar, tetapi melayang dan menetap di tanah yang baru, dengan akar yang baru pula. Tidak ada lagi survival-horror untuk nama yang satu ini. Resident Evil 5 menjadi cermin untuk melihat seri-seri RE selanjutnya yang akan Anda temukan di masa depan.

1. Splinter Cell: Conviction



Ada dua kemungkinan yang bisa mendasari keberhasilan kami menyelesaikan sebuah seri Splinter Cell: Pertama, sebuah keajaiban. Kedua, ia bukan sebuah seri Splinter Cell seperti yang kami kenal. Perasaan inilah yang mungkin terjadi ketika Splinter Cell: Conviction dirilis di pasaran. Walaupun Ubisoft sudah memperlihatkan kecenderungan perubahan genre di Double Agent, Conviction semakin mempertegas jalur action yang kini lebih kental daripada ciri stealhnya sendiri. Sam Fisher diposisikan tidak hanya mampu menyembunyikan diri sendiri dan membunuh para musuhnya secara sembunyi-sembunyi, tetapi juga mampu menggunakan senjata api dan pertarungan tangan kosongnya yang luar biasa. Jika di masa lalu, cahaya menjadi musuh terbesar, maka di Conviction, Anda bahkan dapat tampil superior, dengan cahaya sekalipun. Tidak dapat dipungkiri, Splinter Cell: Conviction adalah sebuah seri dengan akar Splinter Cell yang begitu lemah.


Di atas adalah 10 seri game yang menurut kami pribadi, merupakan seri dengan identitas yang melenceng dari akar franchisenya sendiri. Beberapa tampil dengan begitu baik, namun tidak sedikit yang justru meruntuhkan nama baik yang terbangun selama ini di industri game. Jangan ragu untuk meninggalkan komentar, saran, ataupun kritik, jika Anda merasa ada game yang pantas untuk masuk ke dalam list di atas. Feel free to comment!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar