Menunjukkan Kepantasan untuk Didistribusikan Secara Komersial
Sempat skeptis melihat statusnya sebagai sebuah game yang dibangun oleh developer Indonesia, DreadOut justru terlihat sangat menjanjikan. Ia hadir dengan kualitas yang membuatnya pantas untuk didistribusikan secara komersial.
Setting yang sangat “Indonesia”..
Kucing kecil inilah yang membuat kami takjub pada DreadOut. Fakta bahwa elemen kecil seperti ini juga masuk ke dalam detail yang diperhatikan oleh sang developer membuktikan keseriusan yang ada.
Pilihan percakapan? Nice!!
Voice acts yang juga terasa “hidup” juga menjadi salah satu nilai positif yang pantas untuk dicatat.
Keseriusan dan kepantasan ini juga direpresentasikan oleh tata bahasa dan voice acts karakternya yang terdengar hidup, setidaknya tidak sekaku sebagian besar sinetron kelas dua yang bertebaran di layar kaca televisi Anda saat ini. Bukan sekedar game yang dibangun setengah hati, Digital Happiness berhasil menawarkan sebuah alasan mengapa DreadOut pantas untuk dilirik oleh para penggemar game horror di seluruh dunia, bahkan secara komersial.
Atmosfer yang Tepat
Gelap dan sunyi memang menjadi formula yang paling tepat untuk membuat bulu kuduk gamer merinding.
Jalan sempit yang gelap, sunyi, penuh dengan pepohonan, dan sepetak kuburan yang menyeramkan, DreadOut memang sudah terhitung berhasil menetapkan sebuah dasar untuk menawarkan sebuah pengalaman horror secara maksimal. Anda yang sempat memainkan Slenderman atau Amnesia di masa lalu tentu saja sudah cukup familiar seberapa efektifnya formula ini jika diterapkan. Tidak hanya untuk membuat Anda terus merasa waspada, kombinasi atmosfer seperti ini akan membuat Anda rapuh untuk merasa terkejut dengan hal apapun yang muncul secara tiba-tiba. Digital Happiness tampaknya mengerti akan hal itu.
Berhadapan dengan hantu khas Indonesia yang kisahnya tumbuh bersama dengan sebagian besar dari kita, DreadOut berhasil memadukan setting yang tepat dengan kombinasi elemen keterkejutan yang cukup untuk membuat jantung Anda berdegup keras secara konsisten. Anda akan mendengar beragam suara di sepanjang demo, dari sekedar botol jatuh yang tiba-tiba saja muncul tanpa Anda antisipasi sebelumnya, hingga kikik sang musuh utama yang akan terus menghantui setiap langkah Anda. Menyeramkan dan menegangkan, setiap kejutan yang ditawarkan akan cukup untuk membuat hati Anda melemah selama beberapa detik, dari sekedar bertemu dengan sang teman lama yang berdiri diam di depan ruangan, hingga sang hantu yang akan muncul secara tiba-tiba di depan Anda. Teriakan, pekikan, dan sekedar suara yang muncul jauh di balik kesunyian akan membuat adrenalin Anda mengalir deras.
Well, setidaknya atmosfer ini cukup untuk membuat kami yang penakut untuk mengangkat bendera putih dan akhirnya lebih memilih untuk meneruskan game ini dengan headset yang tersimpan rapi di atas meja. Apalagi jika Anda memainkannya dengan headset dalam kualitas audio yang baik, dan tentu saja cahaya ruangan yang lebih redup.
Namun alih-alih mengusung sebuah game horror murni yang tidak memungkinkan Anda untuk melakukan tindakan apapun selain berlari secepat mungkin dan bersembunyi, DreadOut masih memungkinkan Anda untuk melakukan perlawanan, lewat teknologi handphone yang Anda temukan di awal permainan. Untuk alasan yang belum dijelaskan di versi demonya, handphone ini akan memainkan peranan paling krusial di DreadOut. Bagaimana tidak? Mengikuti mekanisme yang serupa dengan Fatal Frame, Anda bisa menggunakan kamera handphone ini untuk menghancurkan setiap ancaman yang ada. Tinggal memasuki mode bidik dan menembak, hantu yang berada dalam jangkauan kamera Anda akan terpukul mundur, menerima damage, dan akhirnya dikalahkan. Tidak hanya itu saja, ada indikator berwarna merah untuk memberikan pre-caution tentang hadirnya ancaman dan biru untuk clue, supaya memudahkan Linda untuk menemukan apa yang ia butuhkan.
Lantas bagaimana jika dibandingkan dengan mekanik yang ditawarkan oleh Fatal Frame? Satu yang pasti, Linda jauh lebih maju, setidaknya terpikirkan untuk menggunakan teknologi digital daripada sekedar terperangkap pada konsep Obscura Camera yang lawas. Namun satu yang pantas dicatat, fakta bahwa kamera ini dapat digunakan tanpa batas memang menjadi kelemahan tertentu. Ini berarti Anda bisa menembak foto sebanyak mungkin sesuai dengan yang Anda inginkan tanpa harus berhadapan dengan konsekuensi tertentu. Berhadapan dengan mekanik ini, pikiran kreatif kami pun bergerak liar. Akan jauh lebih menyeramkan dan menegangkan jika Digital Happiness membatasi penggunaan kamera ini untuk memastikan kesan bahwa nyawa Linda selalu berada di ujung tanduk yang lebih kentara.
Hell no!
Penempatan dan keterkejutan menjadi senjata utama DreadOut untuk mengirimkan ketakutan tersendiri kepada Anda.
Well, setidaknya atmosfer ini cukup untuk membuat kami yang penakut untuk mengangkat bendera putih dan akhirnya lebih memilih untuk meneruskan game ini dengan headset yang tersimpan rapi di atas meja. Apalagi jika Anda memainkannya dengan headset dalam kualitas audio yang baik, dan tentu saja cahaya ruangan yang lebih redup.
Fatal Frame Modern?
Mengikuti konsep Fatal Frame, kamera handphone milik Linda akan menjadi senjata utama.
Kamera handphone ini akan menjadi senjata utama Anda untuk menangkal semua ancaman supranatural yang ada.
Namun hantu ini tidak akan terikat pada hukum fisik, mereka dapat muncul dari manapun.
Jika saja mereka membatasi jumlah foto yang bisa diambil dan butuh mekanisme tersendiri untuk “memulihkannya”, DreadOut pasti akan tampil lebih menegangkan.
Mereka bisa menyisipkan mekanisme baterai HP misalnya, memaksa gamer untuk melakukan charging setiap kali handphone “sakti” ini digunakan secara berlebihan. Tidak hanya sekedar membuatnya tidak dapat digunakan, baterai handphone yang habis juga berarti tidak adanya sumber pencahayaan satu-satunya, membuat pengalaman horror yang ada kian intens. Atau mungkin membubuhkan mekanisme “memory card” untuk memastikan bahwa gamer hanya dapat menggunakan kamera ini untuk jumlah foto yang terbatas, setidaknya hingga mereka menemukan memory card dengan kapasitas yang lebih besar di sepanjang permainan misalnya.That would be an awesome feature!
Kesimpulan
Kesan pertama yang luar biasa dengan kualitas komersial sebuah game horror yang tidak bisa dipandang sebelah mata, DreadOut telah menjadi monumen yang membuktikan apa yang mampu dilakukan oleh anak bangsa Indonesia dengan kreativitas mereka. Menjadi harapan yang besar pula agar di masa depan game ini dapat didistribusikan secara komersial secara luas di seluruh dunia mengingat popularitasnya yang memang sudah terbangun dengan baik.
Menghapuskan semua kekhawatiran, Digital Happiness telah berhasil membuktikan kemampuan mereka untuk meracik sebuah game horror yang mampu menawarkan sensasi ketakutan yang serupa dengan game-game yang lahir dari developer raksasa luar negeri. Sebuah karya game racikan anak bangsa, DreadOut memang memunculkan kebanggaan tersendiri, bahwa pada akhirnya, industri game Indonesia mampu melahirkan sebuah game horror yang digarap dengan sangat serius dan pantas untuk dijajal secara komersial. Berbagai elemen yang ditawarkan terlihat proporsional dan tepat untuk menghasilkan atmosfer ketakutan yang secara konsisten hadir. Sunyi, gelap, dan penuh kejutan, beberapa elemen yang ada seperti voice acts dan desain setting menjadi daya tarik yang tentu saja pantas untuk diacungi jempol.
Namun ada beberapa hal yang pantas untuk dicermati dari versi demo Dreadout ini, termasuk beberapa potensi yang sayangnya, kami anggap terlewatkan. Contohnya? Pertama kali bertemu ayunan di dekat kebun pisang, ada ekspektasi Anda akan bertemu dengan fenomena supernatural di sana, dari sekedar ayunan yang berayun sendiri atau anak kecil yang tengah bersenandung di atasnya. Interaktivitas terhadap sebagian besar objek selain pintu yang bisa dibuka juga pantas untuk dicermati. Namun yang menjadi catatan terbesar kami? Fakta bahwa handphone “sakti” milik Linda ini hadir sebagai senjata luar biasa yang bisa digunakan tanpa batas. Seandainya saja Digital Happiness mampu “membatasi”nya dengan beberapa komponene ekstra untuk menghasilkan pengalaman yang lebih intens. Setidaknya tidak hanya berfokus pada sosok Hantu Asia yang akan terus menghantui Anda.
Kesan pertama yang luar biasa dengan kualitas komersial sebuah game horror yang tidak bisa dipandang sebelah mata, DreadOut telah menjadi monumen yang membuktikan apa yang mampu dilakukan oleh anak bangsa Indonesia dengan kreativitas mereka. Menjadi harapan yang besar pula agar di masa depan game ini dapat didistribusikan secara komersial secara luas di seluruh dunia mengingat popularitasnya yang memang sudah terbangun dengan baik. Awesome work, Digital Happiness!
Namun ada beberapa hal yang pantas untuk dicermati dari versi demo Dreadout ini, termasuk beberapa potensi yang sayangnya, kami anggap terlewatkan. Contohnya? Pertama kali bertemu ayunan di dekat kebun pisang, ada ekspektasi Anda akan bertemu dengan fenomena supernatural di sana, dari sekedar ayunan yang berayun sendiri atau anak kecil yang tengah bersenandung di atasnya. Interaktivitas terhadap sebagian besar objek selain pintu yang bisa dibuka juga pantas untuk dicermati. Namun yang menjadi catatan terbesar kami? Fakta bahwa handphone “sakti” milik Linda ini hadir sebagai senjata luar biasa yang bisa digunakan tanpa batas. Seandainya saja Digital Happiness mampu “membatasi”nya dengan beberapa komponene ekstra untuk menghasilkan pengalaman yang lebih intens. Setidaknya tidak hanya berfokus pada sosok Hantu Asia yang akan terus menghantui Anda.
Kesan pertama yang luar biasa dengan kualitas komersial sebuah game horror yang tidak bisa dipandang sebelah mata, DreadOut telah menjadi monumen yang membuktikan apa yang mampu dilakukan oleh anak bangsa Indonesia dengan kreativitas mereka. Menjadi harapan yang besar pula agar di masa depan game ini dapat didistribusikan secara komersial secara luas di seluruh dunia mengingat popularitasnya yang memang sudah terbangun dengan baik. Awesome work, Digital Happiness!
Spesifikasi PC
- 2 GHz CPU or faster (Multi-core recommended)
- 2 GB RAM or bigger
- Windows XP SP2 or later (Windows 7 recommended)
- Mac OS X 10.6 (Snow Leopard) or later
- Linux kernel 2.6.32 or later (Ubuntu recomended, 10.04 LTS or later)
- DirectX 9.0c or later (with latest driver recomended)
- OpenGL 2.0 or higher (with latest driver recomended)
- GeForce 6, Radeon X1300, GMA X3000 vga card or better
- Compatible audio devices
- Keyboard + mouse or an optional Joystick
- Optionally an internet connection
^^ thanks to jagatplay.com untuk artikel ini
Anda bisa mengunduh DreadOut di sini
Jangan lupa juga untuk mendukung DreadOut agar lolos dari GreenLight dan didistribusikan lewat Steam di sini
dukung terus pergerakan game indonesia!!
Game paling GREGET nih bagi gw :D:D:D
BalasHapus